Berpegang Kepada Ulama Salaf yang Asli


Sebetulnya salaf yg asli itu ya para Imam Madzhab. Imam Malik “tidak memakai” Hadits Bukhari, Muslim, dsb karena beliau lahir 100 tahun lebih dulu dari para Imam Hadits seperti Bukhari. Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H). Sementara Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M – Wafat 256 H/870 M) di kota Bukhara, Uzbekistan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).”

dalam lafazh lain disebutkan bahwa,

“Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’in), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’ut tabi’in).”
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)

Dari artikel di bawah kita tahu bahwa Imam Malik adalah dari golongan Tabi’it Tabi’in yang menurut sabda Nabi adalah satu dari golongan yang terbaik. Guru-guru Imam Malik berasal dari Tabi’in (anak para sahabat Nabi) dan Tabi’it Tabi’in (cucu dari sahabat Nabi). Sementara Imam Bukhari mau pun ahli hadits lainnya seperti Muslim sudah bukan tergolong kelompok Tabi’it Tabi’in.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in. Beliau umur 10 tahun sudah hafal Al Qur’an (Al Hafizh) dan sejumlah Hadits. Beliau membukukan Kitab Hadits Al Muwaththo selama 40 tahun dan meminta 70 Ahli Fiqih Madinah untuk memeriksanya. Jadi beda jauh dengan ulama sekarang yang belum tentu Hafal Al Qur’an dan hanya berguru ke sedikit guru saja serta lebih banyak belajar dari buku-buku di perpustakaan.

Bukhari meriwayatkan hadits 200 tahun setelah Nabi meninggal dgn sanad 6 orang. Beliau dapat hadits dari tangan ke 6. Sementara Imam Malik yg meriwayatkan hadits 100 tahun setelah Nabi meninggal paling dari tangan ke 3. Jadi resiko kontaminasinya justru lebih kecil daripada Bukhari.

Bagusnya lagi, Imam Malik tinggal di Madinah, yaitu kota di mana Nabi dan sahabat tinggal selama 11 tahun terakhir. Dengan generasi ke 3 dari Ahli Madinah, praktek ibadah mereka meski tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari justru lebih kuat daripada Hadits Bukhari/Muslim karena mereka justru lebih murni karena dari turunan Nabi dan sahabat langsung. Sementara Imam Hadits seperti Bukhari lahir jauh di Rusia sana.

Nah para Salaf Modern seperti Albani yg hidup 1400 tahun setelah Nabi itu dapat hadits dari tangan ke 42. Jadi hadits yg diterima jauh lebih sedikit dan kemungkinan terkontaminasi lebih besar. Belum lagi dari masalah fokus dan kejeniusan karena Albani sebelumnya hanya tukang jam. Bukan khusus belajar agama Islam.

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Malik_bin_Anas

http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Bukhari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits

===

Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani), (Bahasa Arabمالك بن أنس), lahir di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H)). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.

Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.

Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa’. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan ad Darimi sebagai ganti Al Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata,” Al Muwaththa’adalah kitab tentang fiqh dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya.

Haditshadits yang terdapat dalam Al Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursalmu’dlal dan munqathi. Sebagian ‘Ulamamenghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi hadits hadits tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam Al Muwaththa’ Malik.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i., Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.

Para Ulama Ahlul Hadits

بسم الله الرحمن الرحيم

Biografi para ulama ahlul hadits mulai dari zaman sahabat hingga sekarang yang masyhur :

1. Khalifah ar-Rasyidin :
• 
Abu Bakr Ash-Shiddiq
• 
Umar bin Al-Khaththab
• 
Utsman bin Affan
• 
Ali bin Abi Thalib

2. Al-Abadillah :
• 
Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• 
Ibnu Mas’ud
• 
Aisyah binti Abubakar
• 
Ummu Salamah
• 
Zainab bint Jahsy
• 
Anas bin Malik
• 
Zaid bin Tsabit
• 
Abu Hurairah
• 
Jabir bin Abdillah
• 
Abu Sa’id Al-Khudri
• 
Mu’adz bin Jabal
• 
Abu Dzarr al-Ghifari
• Sa’ad bin Abi Waqqash
• Abu Darda’

3. Para Tabi’in :
• 
Sa’id bin Al-Musayyab wafat 90 H
• 
Urwah bin Zubair wafat 99 H
• 
Sa’id bin Jubair wafat 95 H
• 
Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
• 
Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
• 
Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H
• 
Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
• 
Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq 
• 
Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
• 
Muhammad bin Sirin wafat 110 H
• 
Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
• 
Nafi’ bin Hurmuz wafat 117 H 
• 
Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H 
• 
Ikrimah wafat 105 H 
• 
Asy Sya’by wafat 104 H 
• 
Ibrahim an-Nakha’iy wafat 96 H 
• 
Aqamah wafat 62 H

4. Para Tabi’ut tabi’in :
• 
Malik bin Anas wafat 179 H
• 
Al-Auza’i wafat 157 H
• 
Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
• 
Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
• 
Syu’bah ibn A-Hajjaj wafat 160 H
• 
Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:
• 
Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H
• 
Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
• 
Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H
• 
Yahya bin Sa’id Al-Qaththan wafat 198 H
• 
Imam Syafi’i wafat 204 H

6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :
• 
Ahmad bin Hambal wafat 241 H
• 
Yahya bin Ma’in wafat 233 H
• 
Ali bin Al-Madini wafat 234 H
• 
Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H
• 
Ibnu Rahawaih Wafat 238 H
• 
Ibnu Qutaibah Wafat 236 H

7. Kemudian murid-muridnya seperti:
• 
Al-Bukhari wafat 256 H
• 
Muslim wafat 271 H
• 
Ibnu Majah wafat 273 H
• 
Abu Hatim wafat 277 H
• 
Abu Zur’ah wafat 264 H
• 
Abu Dawud : wafat 275 H
• 
At-Tirmidzi wafat 279
• 
An Nasa’i wafat 234 H

8. Generasi berikutnya : orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di jalan mereka adalah:
• 
Ibnu Jarir ath Thabary wafat 310 H
• 
Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
• 
Muhammad Ibn Sa’ad wafat 230 H
• 
Ad-Daruquthni wafat 385 H
• 
Ath-Thahawi wafat 321 H
• 
Al-Ajurri wafat 360 H
• 
Ibnu Hibban wafat 342 H
• 
Ath Thabarany wafat 360 H
• 
Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
• 
Al-Lalika’i wafat 416 H
• 
Al-Baihaqi wafat 458 H
• 
Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
• 
Ibnu Qudamah Al Maqdisi wafat 620 H

9. Murid-Murid Mereka :
• 
Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 H
• 
Ibnu Taimiyah wafat 728 H
• 
Al-Mizzi wafat 742 H
• 
Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)
• 
Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H)
• 
Ibnu Katsir wafat 774 H
• 
Asy-Syathibi wafat 790 H
• Ibnu Rajab wafat 795 H

10. Ulama Generasi Akhir :
 Ash-Shan’ani wafat 1182 H
• 
Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
• 
Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
• 
Al-Mubarakfuri wafat 1427 H
• 
Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
• 
Ahmad Syakir wafat 1377 H
• 
Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
• 
Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
• 
Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
• 
Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
• 
Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
• 
Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
• 
Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
• 
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
• 
Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H
• 
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
• 
Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
• 
Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah

Sumber: Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama dengan sedikit tambahan.

Keluarga Rasulullah

صلى ا لله عليه وسلم

Istri- istri Nabi زوجات النبي

Putra-Putri Nabi

Cucu Nabi

Paman Nabi

http://ahlulhadist.wordpress.com/

Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai aktif mempelajari Bahasa Arab. Ia masukmadrasah yang dikelola Jum’iyah al-Is’af al-Khairiyah hingga kelas terakhir tingkat Ibtida’iyah. Selanjutnya, ia meneruskan belajarnya langsung kepada para syeikh ulama. Ia mempelajari al-Qur’an dari ayahnya sampai selesai, selain mempelajari pula sebagian fiqih madzhab, yakni madzhab Hanafi, dari ayahnya.

Syeikh al-Albani juga mempelajari ketrampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul, sehingga ia menjadi seorang ahli yang mahsyur. Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencariannya.

Pada umur dua puluh tahun, al-Albani mulai mengonsentrasikan diri pada ilmu hadits lantaran terkesan dengan pembahasan-pembahasan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar, sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali. Kegiatan Syeikh Al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya yang berkomentar, “Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit.”

Namun, Syeikh al-Albani justru semakin menekuni dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Syeikh al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab. Karenanya, ia memanfaatkan Perpustakaan azh-Zhahiriyah di sana (Damaskus), di samping juga meminjam buku dari beberapa perpustakaan khusus. Karena sibuknya, ia sampai-sampai menutup kios reparasi jamnya. Ia tidak pernah beristirahat menelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu salat tiba.

Akhirnya, kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, ia menjadi leluasa dan terbiasa datang sebelum pengunjung lain datang. Begitu pula, ketika orang lain pulang pada waktu salat dhuhur, ia justru pulang setelah salat isya. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-tahun.

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Nashiruddin_Al-Albani

Imam Bukhari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasicari

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M – Wafat 256 H/870 M) adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam MuslimAbu DawudTirmidziAn-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih dan Haditshaditshadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Beliau diberi nama Muhammad oleh ayah beliau, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama asli beliau ini adalah Imam Turmudzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadits dalam Sunan Turmudzi. Sedangkan kuniah beliau adalah Abu Abdullah. Karena lahir di BukharaUzbekistanAsia Tengah; beliau dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya.

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-TsiqatIbnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutamaMekkah dan Madinah, dimana dikedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi’in, hafal kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun haditshadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok beliau kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Bukhari

Tiga generasi utama

[sunting]Generasi awal

Lihat sahabat nabi

[sunting]Generasi kedua

[sunting]Generasi ketiga

http://id.wikipedia.org/wiki/Salaf

 

 Muhammad Rifqi Arriza on Wednesday, March 14, 2012 at 1:02pm ·

Tulisan ini hanya utk menjaga sesuatu yg sangat berharga, suatu pesan yg tak ternilai dari guru kepada para muridnya. Suatu pesan yg mengangkat realita yg terlupakan oleh umat Islam, karena kesombongan diri atas ilmu yg tak seberapa, atau kebodohan yang ditutup-tutupi dengan label golongan.

 

Ya, pada zaman ini bermazhab fikih banyak ditinggalkan oleh umat Islam dgn dua faktor di atas. Mereka seolah ingin mensejajarkan diri dengan para imam, atau ingin mengatakan bahwa mazhab yg ada tak punya metode yg jelas, tidak berlandaskan hadis, sering bertabrakan dgn al-Quran!

 

Maka datanglah suatu masa dimana mazhab para imam ini mulai ditinggalkan, saat berabad-abad lamanya selalu diikuti, dan diakui kebenarannya.

 

Tulisan di bawah ini adalah intisari dari pesan Dr Amru Wardani pada suatu pelajaran di masjid al-Azhar, Kairo. Keilmuan Dr. Amru tdk dapat dipungkiri dalam bidang ini (Fikih dan Ushul Fikih), beliau adalah salah satu direktur Dar el-Ifta el-Mishriyah (Majlis Fatwa Mesir).

 

dan inilah pesan beliau:

* sekarang, banyak yg mengharamkan bermazhab dalam fikih. maka, bagaimana kita menjawabnya?

** saya bermazhab, karena mazhab adalah:

1- Mempunyai sanad (dlm matan dan pemahaman).

2- Diperhatikan (setiap matan dlm suatu mazhab pasti mempunyai syarh, kemudian hasyiyah, lalu ditahkik, dita’lik, dst).

3- Setiap pendapat di dlmnya pasti mempunyai dalil (nash maupun logika).

4- Setiap pendapat di dlmnya sesuai dgn pemahaman para pendirinya (Imam Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali).

5- Setiap mazhab mempunya kawaid/ushul fikih masing-masing.

6- Setiap mazhab mempunyai manhaj/metode tersendiri bagi semua kalangan; beginner, intermediate, dst.

7- Pendapat dari suatu mazhab tdk akan tercampur dgn pendapat mazhab yg lain.

8- Terbuka, suatu mazhab dpt memberikan pendapat kpd kejadian2 baru, yg belum diulas pada masa lampau.

 

***semoga kita dapat lebih menghormati para imam dan mengetahui kadar diri sendiri..

 

Cairo 1432012

Tinggalkan komentar